Istighotsah dan Dalil-dalilnya, Menurut Al Qur’an dan Al Hadits


ISTIGHOTSAH (Meminta Pertolongan Kepada Para Wali Allah) Dalam tulisan kami kali ini sengaja kami pisahkan antara Tawassul, Istighotsah dan Tabarruk yang sesungguhnya memiliki substansi yang sama. Akan tetapi dengan tujuan agar mudah dimengerti maka kami memisahkan pembahasan ketiganya. Manusia adalah makhluk yang dalam fitrah kejadiannya berkaitan dengan makhluk yang lain dalam menjalani kehidupannya. Saling menolong, membantu, bertransaksi, mendo’akan, dan aktifitas lain yang faktanya semua telah diundangkan dalam Syari’at yang sempurna. Dan diantara interaksi manusia dengan sesama manusia adalah ber-Istighotsah (mengharap bantuan atau pertolongan) dari yang lain. istighotsah, tawassul dan tabarruk Sebagian kalangan beranggapan bahwasannya tidak diperbolehkan memohonan bantuan atau pertolongan kepada manusia terhadap perkara-perkara yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Alloh. Maka kami katakan ; dalam keyakinan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, tidak ada makhluk apapun yang dapat berbuat sesuatu tanpa izin Allah, baik perkara tersebut berupa perkara yang bersifat ‘Adiy (lumrah dapat dilakukan manusia) maupun Ghoiru ‘Adiy (bukan perkara yang lumrah dapat dilakukan manusia) Kisah Penghantar Tentang Kiai Kholil Sebagai penghantar, kami angkat sebuah kisah sebagai contoh. Kisah berikut bukan untuk dibuktikan kebenarannya, akan tetapi kami haturkan sebagai contoh guna mempermudah pemahaman tentang istighotsah yang kami maksud dalam tema kali ini. Kisah ini terjadi pada musim hajji. Kapal laut pada waktu itu adalah satu-satunya transportasi menuju Mekkah. Semua penumpang calon hajji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya. “Pak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali…” Ucap sang istri dengan memelas. “Baik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,” jawab sang suami sambil bergegas menunju ke luar kapal. Setelah suaminya mencari anggur di sekitar anjungan kapal, nampaknya tidak ditemui seorang pun yang berjualan anggur. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istri tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembira si suami mendapatkan buah anggur itu, dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui istrinya. Namun betapa terkejutnya si suami, karena setibanya di anjungan kapal, ternyata kapal yang akan ditumpanginya telah berangkat. Pandangannya menerawang ke arah kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali ia melihat kenyataan ini, duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat. Disaat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Laki-laki tersebut memberikan nasihat : “Datanglah kamu kepada Kiyai Kholil Bangkalan, utarakan musibah yang menimpa dirimu ! ” “Kiyai Kholil ?” pikir si suami…. “Siapa dia, kenapa harus ke sana, bisakah dia menolong ketertinggalan saya dari kapal ?” pertanyaan berkecamuk dihati si suami tersebut.. “Segeralah ke Kiyai Kholil, mita tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, Insya Alloh,!” lanjut laki-laki tersebut dengan mantap. Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Kiyai Kholil, langsung disambut dan ditanya: “Ada keperluan apa ?” tanya kiyai Kholil… Suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya, mulai awal hingga akhirnya datang ke kiyai Kholil. Tiba-tiba sang Kiyai berkata : “Lho, itu bukan urusan saya, itu urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi…!” ujar Kiyai Kholil Suami yang malang itu pun kembali dengan tangan hampa. Sesampainya di pelabuhan, sang suami bertemu lagi dengan laki-laki yang memberinya saran agar menemuhi Kiyai Kholil. Laki-laki tersebut bertanya : “Bagaimana, sudah ketemu Kiyai Kholil ? “ “Sudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan,“ kata si suami dengan nada putus asa. “Kembali lagi, temui Kiyai Kholil ! ” ucap lelaki yang menasehati dengan tegas tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itu pun kembali lagi menemui Kiyai Kholil. Begitu dilakukannya berulang kali. Baru setelah ketiga kalinya, Kiyai Kholil berucap : “Baik kalau begitu. Karena kamu ingin sekali, saya akan bantu sampeyan.” “Terima kasih Kiyai,” ujar sang suami melihat secercah harapan. “Tapi ada syaratnya,” Ucap Kiyai Kholil “Saya akan penuhi semua syaratnya,” jawab sang suami malang dengan sungguh-sungguh. Kiyai Khoilil berpesan : “Setelah ini, kejadian apapun yang anda alami jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali aku sudah meninggal. Apakah anda sanggup? ” “Sanggup Kiyai..” jawab sang suami spontan “Kalau begitu, ambil dan pegang anggurmu. Pejamkan matamu rapat-rapat !” perintah Kiyai Kholil. Sang suami pun melaksanakan perintah Kiyai dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu, dibukanya matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya si suami, mendapati dirinya sudah berada diatas kapal yang membawa istrinya menuju Mekkah sedang berjalan. Takjub, heran bercampur jadi satu, seakan tak percaya atas apa yang dialaminya. Digosok-gosokkan matanya, dicubit lengannya, ternyata benar apa yang dialami adalah kenyataan, bukan mimpi, bahwa dirinya sedang berada diatas kapal. Segera ia temui istrinya disalah satu ruang kapal. “Ini anggurnya dik… saya beli anggur jauh sekali,” ucap sang suami dengan senyuman penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa, dan seolah-olah ia datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya ia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali, yang baru kali ini di alami selama hidupnya. Apa yang dilakukan oleh si suami dalam kisah diatas, yakni meminta pertolongan kepada Kiyai (mbah) Kholil atas perkara yang tidak masuk akal, itulah yang kami maksud Istighotsah dalam tulisan ini. Adakah semua itu perkara yang dibenarkan dalam agama ? atau merupakan tindakan syirik, menyekutukan Alloh karena meminta pertolongan kepada manusia atas apa yang tidak mampu dilakukan kecuali oleh Alloh ? Sebelum kami sampaikan dalil-dalil yang menjadi landasan kaum muslimin melakukan Istighotsah, perlu kami tegaskan sekali lagi bahwa keyakinan kaum muslimin dalam ber-Istighotsah tidaklah memohon kepada orang yang dimintai pertolongan, akan tetapi dengan keyakinan yang penuh mereka meminta pertolongan kepada Alloh dengan bantuan orang-orang yang diyakini telah diberikan oleh Alloh karunia kelebihan, dan orang yang dimintai pertolongan tidak akan mampu menolong dirinya atau orang lain kecuali atas izin dan pertolongan Allah subhanahu wa ta’aala. ISTIGHOTSAH DAN DALILNYA, ISTIGHOTSAH YANG DIPRAKTEKKAN KAUM MUSLIMIN 1. Firman Allah subhanahu wata’aala dalam Al Qur’an: وَلَوْلا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ لِيُدْخِلَ اللهُ فِي رَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ لَوْ تَزَيَّلُوا لَعَذَّبْنَا الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mu’min dan perempuan-perempuan yang mu’min yang tiada kamu ketahui, tentulah kamu akan membunuh mereka yang menyebabkan kamu ditimpa kesulitan tanpa kamu sadari; karena Allah hendak memasukkan siapa yang Dia kehendaki ke dalam rahmat-Nya. Sekiranya mereka tidak bercampur baur, tentulah Kami akan mengadzab orang-orang kafir diantara mereka dengan adzab yang pedih. (QS, Al Fath : 25) 2. Firman Allah subhanahu wata’aala dalam Al Qur’an: وَلَوْلَا دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الْأَرْضُ وَلَكِنَّ اللهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Alloh mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.(QS, Al Baqoroh : 251) Dalam ayat-ayat diatas, Allah menginformasikan kepada kita; bahwa Allah menghindarkan adzab dari sebagian manusia karena manusia yang lain. Dalam koleksi hadits-hadits Rosululloh shollallohu alaihi wasallam terdapat banyak hadits yang menjelaskan bahwa Allah menghindarkan siksaan dari penduduk bumi berkat orang-orang yang beristighfar dan mereka yang rajin menghidupkan masjid dan Dia juga memberi rizqi, menolong dan menjauhkan penduduk bumi dari musibah dan tenggelam berkat mereka. At Thobaroni dalam Al-Kabir dan Al Baihaqi dalam As Sunan meriwayatkan dari Mani’ Ad-Dailami –rodhiyallohu ‘anhu- bahwa ia berkata : قَالَ النَّبِيُّ: لَوْلَا عِبَادُ للهِ رَكَعَ وَصَبِيَّةٌ رَضَعَ وَبَهَائِمُ رَتَعَ لَصَبَّ عَلَيْكُمُ الْعَذَابَ صَبًّا ثُمَّ رَضَّ رَضًّا Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda, “Jikalau tiada para hamba Alloh yang sholat, para bayi yang menyusui dan binatang yang merumput niscaya adzab akan diturunkan dan orang-orang yang terkena adzab itu akan dihancurkan”. (HR, Al Baihaqi-At Thobaroni) Al-Bukhori meriwayatkan dari Sa’d ibn Abi Waqqosh –rodhiyallohu ‘anhu- bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda : هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ “Bukankah kalian mendapat kemenangan dan rizki karena orang-orang lemah kalian” وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ “Barangsiapa memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.” (HR. Al Bukhori dan Muslim) وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ “Alloh senantiasa membantu seorang hamba sepanjang ia selalu membantu saudaranya.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan yang lain.) وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ :إِنَّ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَلْقاً خَلَقَهُمْ لِحَوَائِجِ النَّاسِ يَفْزَعُ إِلَيْهِمْ اَلنَّاسُ فِي حَوَائِجِهِمْ أُولَئِكَ الْآمِنُوْنَ مِنْ عَذَابِ اللهِ تَعَالى Dari Abdulloh ibn Umar, bahwa Rosululloh bersabda, ”Sesungguhnya Alloh memiliki para makhluk yang Dia ciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Orang-orang datang kepada mereka untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Mereka adalah orang-orang yang aman dari adzab Alloh”. (HR. Thobaroni, Abu Nu’aim dan Al-Qudlo’i dengan status Hasan). وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ:إِنَّ اللهَ لَيُصْلِحُ بِصَلَاحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدَهُ وَوَلَدَ وَلَدِهِ وَأَهْلَ دَوِيْرَتِهِ وَدَوِيْرَاتِ حَوْلِهِ وَلَا يَزَالُوْنَ فِي حِفْظِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا دَامَ فِيْهِمْ . Dari Jabir Ibn Abdillah, bahwa Rosululloh bersabda, ”Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala -sebab kesholihan seorang laki-laki muslim- akan membuat anak, cucu, warga desanya dan desa-desa sekitarnya menjadi sholih dan mereka senantiasa berada dalam lindungan Alloh sepanjang laki-laki sholih itu tinggal bersama mereka”. وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ:إِنَّ اللهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَّالِحِ عَنْ مِائَةِ أَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ بَلَاءً ..ثُمَّ قَرَأَ اِبْنُ عُمَرَ: } وَلَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّفَسَدَتِ الأَرْضُ { رواه الطبراني. Dari Ibnu ‘Umar –rodhiyallohu ‘anhu- berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda, ”Sesungguhnya Alloh menghindarkan bala’ berkat seorang laki-laki sholih, seratus keluarga dari tetangganya,”. Lalu Ibn ‘Umar mengutip firman Allah: “seandainya Alloh tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Alloh mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Al Baqoroh : 251) (HR. Thobaroni) وَعَنْ ثَوْبَانَ رَفَعَ الْحَدِيْثَ قَالَ :لَا يَزَالُ فِيْكُمْ سَبْعَةٌ بِهِمْ تُنْصَرُوْنَ وَبِهِمْ تُمْطِرُوْنَ وَبِهِمْ تُرْزَقُوْنَ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ Dari Tsauban seraya memarfu’kan hadits, ia berkata :”Di tengah kalian senantiasa ada 7 orang wali di mana berkat mereka kalian diberi pertolongan, hujan dan rizki sampai tiba hari kiamat”. وَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِت قَالَ : قَالَ: اَلْأَبْدَالُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُوْنَ ، بِهِمْ تُرْزَقُوْنَ وَبِهِمْ تُمْطِرُوْنَ وَبِهِمْ تُنْصَرُوْنَ. قَالَ قَتَادَةُ : إِنِّي لَأَرْجُوْ أَنْ يَكُوْنَ الْحَسَنُ مِنْهُمْ Dari ‘Ubadah ibn Shomit –rodhiyallohu ‘anhu- berkata : Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda, ”Wali badal (Abdaal) dalam ummatku ada 30. Berkat mereka kalian diberi rizqi, dituruni hujan dan mendapat pertolongan”. Qotadah berkata, ”Sungguh saya berharap Hasan Al-Bashri termasuk mereka”. (HR. At Thobarani.) Empat hadits di atas disebutkan oleh Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat di atas. 3. Manusia Memita Pertolongan (ber-istighotsah) kepada Para Nabi Di Hari Kiamat إِنَّ الشَّمْسَ تَدْنُو يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَبْلُغَ الْعَرَقُ نِصْفَ الْأُذُنِ فَبَيْنَا هُمْ كَذَلِكَ اسْتَغَاثُوا بِآدَمَ ثُمَّ بِمُوسَى ثُمَّ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “Sesungguhnya matahari akan mendekat pada hari kiamat, sehingga keringat akan sampai pada separuh telinga. Maka ketika manusia berada dalam kondisi demikian, mereka meminta pertolongan kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa, selanjutnya kepada Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.” (HR, Al Bukhori) Oleh: ustadz Abu Hilya
Baca Juga

kali berita ini telah dibaca

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama

Muttaqot Seket

Mengaji sifat Rongpolo .

Chat WhatsApp